Kegiatan yang dihadiri oleh Kepala
Bidang Dinas Tanaman Pangan Pertanian Tanaman Pangan dan
Hortikultura Propinsi Lampung Ir. Eko Diah beserta rombongan, Wakil Bupati Drs.
Hi. Makmur Azhari, Kepala BPS, Camat, Peratin, Ketua
KTNA, ketua kelompok tani dan masyarakat di Kecamatan sukau.
Kepala Bidang
Tanaman Pangan Dinas Pertanian,
Tanaman Pangan, dan Hortikultura Provinsi Lampung Eko Diah mewakili Kepala Dinas Pertanian mengatakan Provinsi Lampung merupakan salah satu daerah
sentra produksi tanaman pangan, khusus untuk padi dan jagung. Berdasarkan Angka
Tetap BPS tahun 2013 produksi padi Lampung Mencapai 3.207.002 ton GKG yang
menempati urutan ke-7 se indonesia dengan konstribusi 4% dan jagung mencapai
1.760.278 ton pipilan kering menempati urutan ke-3 se indonesia dengan kontribusi 10% terhadap
produksi nasional, sedangkan kedelai 6.156 ton yang terus menurun produksinya
bila dibandingkan tahun sebelumnya.
Dilanjutkannya, Produksi padi
Kabupaten Lampung Barat mencapai 116.771 ton GKG menempati urutan ke-11 dengan
konstribusi 3,64 % terhadap produksi gabah Provinsi Lampung. Tahun 2014 target
produksi padi Provinsi lampung sebesar 3.341.978 ton, seluas 174.625 ha, dan
sasaran produksi tahun 2015 padi 3.356.775 ton GKG, untuk jagung 1.928.703 ton
gKG, sedangkan kedelai 10.281.ton GKG. Untuk mencapai sasaran tersebut
dilakukan berbagai upaya seperti sekolah lapang pengelolaan tanaman terpadu
(SLPTT).
Pada tahun 2014 ini lambar
mendapatkan alokasi kegiatan penangkaran dari anggaran APBD 2014 seluas 10 ha
sedangkan pada tahun 2013 mendapat alokasi dari APBN seluas 50 ha, dan diharapkan
kelompok-kelompok penakar ini terus eksis dalam penyediaan benih pada
tahun-tahun berikutnya.
Bupati Lampung Barat dalam
sambutannya menyampaikan berbagai tantangan dalam mewujudkan swasembada pangan.
“Kita sering berbicara mengenai swasembada pangan, dalam mencapai swasembada
cukup sulit, salah satu untuk mencapai swasembada pangan adalah ketersediaan
varietas bibit unggul. Dimana orang Lampung biasanya tidak pernah memikirkan
bibit-bibit, biasanya bibit yang disebar tahun lalu, itulah yang disebar. Pola pikir yang harus
dirubah dan dengan keberadaan kelompok
tani, BP4K, PPN, maka anggota kelompok tani harus aktif sehingga diharapkan
masyarakat dapat mengikuti perkembangan pertanian saat ini, bukan dengan selalu
mengandalkan cara tradisional lagi.
Selain permasalahan bibit unggul
dan bibit yang sudah lulus sertifikat, untuk mencapai swasembada pangan yang
lebih penting lagi adalah ketersediaan air. “Adanya kemarau yang panjang ini,
Alhamdullilah airnya masih bisa diatur
oleh P3A dengan baik. Untuk mengatur ketersediaan air ini diharapkan semua
pengguna air harus memiliki kesadaran, bahwa ini adalah kepentingan
bersama-sama,” ujarnya.
Dalam menjaga ketersediaan air yang
lebih terpenting lagi adalah menjaga sumber-sumber air. Bagaimana adanya
ketersediaan air apabila hutan digundulkan untuk saat ini bagaimana kita
menghijaukan kembali. Dengan program HKm
yang diluncurkan oleh pemerintah yang sangat membantu masyarakat. Dimana
masyarakat di perbolehkan untuk menanam kopi tetapi juga dengan menanam buah
serta pelindung hutan sehingga penghijauan tetap dilakukan, dan menjaga
sumber-sumber air agar tetap terjaga.
Untuk mewujudkan swasembada pangan
masyarakat diharapkan masyarakat dapat menerapkan penggunaan bibit unggul,
menjaga ketersedian air, irigasi yang baik, musim tanam tepat waktu, dan juga
mengikuti petunjuk-petunjuk PPL, serta mengikuti pelatihan-pelatihan untuk
memaksimalkan hasil panen guna mewujudkan swasembada pangan tersebut. @MahameruFMLiwa
0 Response to "Bupati Mukhlis Basri Panen Padi Perdana Benih Penangkaran di Buay Nyerupa Sukau "
Posting Komentar