"Tiga Dara" Ost Tiga Dara Restorasi

Restorasi Film Tiga Dara (Usmar Ismail, 1956)

Film Tiga Dara adalah film musikal Indonesia yang mencapai penjualan tertinggi pada jamannya. Film ini sempat diputar selama delapan minggu berturut-turut di bioskop seluruh Indonesia. Film ini dirilis juga di bioskop-bioskop Malaysia pada 1958, dan mendapatkan respon yang sangat positif. Karya sinematik Usmar Ismail ini berbeda dari film-film sebelumnya, meski tetap mengusung kritik sosial yang menjadi ciri khas Usmar Ismail. Pengaruh sosial-budaya film ini terlihat pada gaya berpakaian, berdandan, tata rambut, bermusik, sampai gaya berpesta anak muda di kota-kota besar Indonesia dan Malaysia pada jamannya.

Film ini direkam diatas pita seluloid 35mm, yang rentan terhadap iklim dan cuaca, serta menuntut perawatan dan sistem penyimpanan yang prima. Dengan sistem penyimpanan dan kondisi iklim yang terkontrol, usia materi seluloid bisa mencapai 200 tahun, namun dengan iklim tropis dan kelembaban yang tinggi di Indonesia, master negatif seluloid film ini sudah nyaris hancur karena jamur dan vinegar syndrome saat usianya baru mencapai 60 tahun.

Melihat kondisi tersebut, dan mengingat pentingnya film ini dalam perjalanan sejarah sinema dan budaya pop Indonesia, SA Films berinisiatif untuk merestorasi film ini, sehingga dapat dinikmati kembali dan menjadi bahan referensi seni budaya bagi generasi muda Indonesia.
 
Album Aransemen Ulang (2016)

    Film Tiga Dara meraih Piala Citra untuk Musik Terbaik pada FFI 1960 (empat tahun setelah film dirilis), yang dianugerahkan kepada Saiful Bahri sebagai penata musik. Tujuh dari sepuluh lagu dalam film musikal ini diciptakan oleh Saiful Bahri sendiri, dua lagu oleh Oetjin Nurhasjim dan satu lagu oleh Ismail Marzuki.

    Dalam perjalanan proses restorasi film, ditemukan fakta bahwa dalam kurun waktu tersebut perusahaan rekaman Dendang merilis beberapa lagu original soundtrack dalam format piringan gramafon 78 rpm (shellac). Fakta ini menunjukkan bahwa lagu-lagu dalam film ini begitu populer dan penting untuk dirilis waktu itu, sehingga memberikan motivasi untuk juga merestorasi album musiknya.

   Pencarian atas master rekam pita magnetik album asli dilakukan selama beberapa bulan di berbagai sumber arsip yang ada. Namun, sampai dengan batas waktu yang disepakati, master rekam dalam format pita magnetik tersebut, tidak berhasil ditemukan.

   Dengan pertimbangan bahwa melakukan restorasi yang bersumber dari plat gramafon tidak akan memberikan hasil yang maksimal, maka diputuskan untuk membuat album aransemen ulang lagu-lagu dari film Tiga Dara, dengan melibatkan para musisi muda yang peduli pada warisan budaya film dan musik pop Indonesia. Disamping itu, dengan menyuguhkan aransemen musik yang lebih sesuai dengan selera masa kini, diharapkan karya-karya para komponis besar Indonesia masa lalu, dapat lebih dinikmati oleh generasi pendengar masa kini dan masa yang akan datang.

    David Tarigan yang bertanggungjawab sebagai A&R dalam proyek ini, kemudian menunjuk Indra Perkasa, Mondo Gascaro, Bonita & the hus BAND, dan Deredia untuk membuat aransemen baru dari sepuluh lagu dari album original soundtrack asli. Indra Perkasa kemudian melibatkan Aimee Saras, Aprilia Apsari, Bonita, Anda Perdana, Monita Tahalea, Indra Aziz, dan Danilla Riyadi untuk menyanyikan ulang. Mondo Gascaro kemudian mempercayakan Danilla Riyadi juga untuk menjadi vokalis dalam salah satu lagu. Orkes Gadgadsvara dipercaya Indra Perkasa untuk memainkan musik-musik yang umumnya diaransemen ulang dalam format big-band yang kental nuansa brass-nya.

    Album ini terwujud atas dukungan dan ijin dari para keluarga pencipta yang diwakili oleh para ahli waris:Syahfrul Bahri (putra dari Alm. Saiful Bahri), Zulfikri (putra dari Alm. Oetjin Nurhasjim), dan Rachmi Aziah (putri dari Alm. Ismail Marzuki).

0 Response to ""Tiga Dara" Ost Tiga Dara Restorasi "

Posting Komentar