Setiap kota membawa budaya dan ceritanya masing-masing.
Tidak terkecuali Yogyakarta yang dikenal
di seluruh Indonesia bahkan dunia, sebagai kota budaya. Yogyakarta turut punya andil
dalam menyumbangkan beragam kesenian yang membuat kota ini mempunyai daya tarik
tersendiri.
Dalam dunia musik pop di Indonesia,
Yogyakarta pun tidak ketinggalan memberikan sumbangan terbaiknya. Ledakan musik
pop ditahun 1999 ketika Sheila on 7 merilis album perdananya, dan kemudian disusul
oleh Jikustik, mengubah segala yang kita tahu tentang Yogyakarta. Mendadak seluruh A&R dari berbagai perusahaan
rekaman terkenal di Jakarta berburu bakat-bakat baru ke Yogyakarta. Musisi
Yogyakarta semakin menyerbu kancah music nasional dengan kehadiran berbagai
band yang kemudian di kontrak oleh berbagai
label dari ibukota . Bisadisebut Es Nanas, I hate Mondayz (yang kemudian
berubah menjadi Mondayz) , Cross Bottom, Newdays, Neto dan banyak lagi.
Geliat Indipenden pun tidak ketinggalan menyemarakkan
suasana, Shaggy Dog dan Endank soekamti menjadi terdepan di bidangnya, bersama dengan
beberapa band band lainnya seperti Zues dan LaQuena
Pertumbuhan yang pesat inipun turut menumbuhkan
komunitas–komunitas musik baru di Yogyakarta. Salah satunya adalah Studio
Alamanda. Tahun 2002, berawal dari sebuah studio latihan bernama Batas Studio,
yang kemudian berganti nama menjadi Alamanda studio setelah berpindah alamat kejalan
Alamanda di daerah Gejayan Yogyakarta, sedikit demi sedikit studio latihan ini berkembang
menjadi sebuah komunitas yang bertumbuh dan memberikan pengaruh.
Jalan Alamanda yang tadinya sepi, kini mulai
ramai dengan kehadiran musisi-musisi muda yang datang menyewa studio untuk mereka
berlatih. Dari yang satu studio latihan, kemudian berkembang menjadi dua
studio. Tak berapa lama, berkembang lagi, bertambah dengan hadirnya kursus
music dan studio rekaman. Dan disambung dengan kantin kecil untuk sekedar nongkrong
dan bersenda-gurau sehabis berlatih.
Riuh rendah di halaman studio Alamanda sudah
menjadi hal yang biasa untuk masyarakat sekitarnya, dan dari sinilah berbagai mimpi
dan cerita mulai terurai.
Studio Alamanda menjadi lebih dari sekedar
studio, tetapi bertumbuh menjadi tempat bertemunya para musisi untuk bertukar pikiran,
bertukar ide, berkolaborasi music dan saling memotivasi. Tidak semua yang hadir
di Alamanda adalah musisi, banyak profesi lain atau hanya mahasiswa yang
mencoba bergaul, tetapi kebersamaan yang eratlah yang membuat ‘rumah’ ini hidup.
Studio Alamanda tidak lagi menjadi studio
berlatih, tapi buat sebagian mereka, Studio Alamanda adalah ‘rumah’ kedua mereka,
tempat yang mereka tuju, ketika tugas-tugas harian sudah selesai.
23 Desember 2008, kenyataan berbicara bahwa
studio yang mereka anggap rumah ini harus ditutup dengan berbagai alasan oleh Hodi
pemiliknya. Bukanhal yang mudah buat semua, apalagi buat mereka yang sebagian besar
waktunya dihabiskan di sana. Tetapi mereka semua harus move on, dan melanjutkan
hidup masing-masing sesuai mimpi yang dikejar.
Terpisah jarak tidak membuat pertemanan diantara
‘warga’ studio Alamanda merenggang. Berkat teknologi chatting di gadget, mereka kembali berkumpul dalam
bentuk digital. Ribuan percakapan kembali tumpah ruah di grup chat tersebut. Berbagai
topic dibicarakan seperti layaknya dulu ketika masih sama-sama nongkrong di
halaman kantin Alamanda.
Akhirnya tercetuslah ide untuk membuat semacam
perayaan atas reuninya kembali warga Studio Alamanda ini..Sebuah album.
Berhubung sebagian besar peserta grup chat
ini adalah gitaris maka langkah paling masuk akal adalah membuat album
instrumental gitar. Sebuah ide sederhana
yang cukup sulit sebenarnya. Apakah bisa?
Apakahmungkin? Mulaidarimana? Bagaimana dengan biayanya?
Semua pertanyaan itu dijawab dengan karya. Semua
warga Alamanda yang gitaris segera mengambil ancang-ancang dan mulai merekam
ide ide musical mereka. Tanpa komando resmi, tanpa perhitungan bisnis, tanpa
label, semuanya berjalan sesuai dengan naluri dan kesempatan masing-masing,
Akhirnya di awal tahun 2014, lagu-lagu sudah
terkumpul. 16 lagu, 14 instrumental dan 2 dengan vocal.
Tanpa skema bisnis, tanpa tendensi apa-apa,
tanpa muluk-muluk, album ini dibuat untuk merayakan reuninya kembali warga
Studio Alamanda .
Album ini diberi judul Guitarfriend karena dua
kata inilah yang membuat Studio Alamanda ‘hidup’. Musik dan persahabatan..
Love , Stories and Passion adalah penjabaran
dari aktifitas yang terjadi di studio Alamanda dulu. Kecintaan pada music,
cerita-cerita semasa berkumpul dulu, the ups and downs..dan juga passion akan
music dan cita-cita pribadi yang lain yang menjadi tujuan setiap individu.
Semua lebur menjadi satu di studio Alamanda .
Mengenai pengisi album ini bisa dilihat masing-masing
di alamandacorner.com
Irama gitar dari Eross Candra (SO7) yang jarang sekali menunjukkan sisi liarnya sebagai
gitaris di luar band nya. Grup pop rock The Rain pun ternyata memiliki Iwan
Tanda, gitarisnya, yang mampu memainkan musik rock dengan nuansa blues yang
kental.
Reuni Pongki Barata dan Aji Mirza Hakim
(Icha) , keduanya mantan personil Jikustik, melantunkan lagu Kawan Aku Pulang ,
yang liriknya bercerita tentang studio Alamanda itu sendiri, dengan nuansa
ukulele.
Uki, seorang mantan pengajar gitar di
Studio Alamanda, memainkan gitarnya dengan apik sekali di lagu Talking to you,
memadukan electric gitar dan nylon.
Back to December, sebuah lagu karya Ardi Dzi
(Mondayz) yang dimainkan dengan gagah. Rekan satu band nya Mazbay (yang juga gitaris
Bagaikan) tak mau kalah dengan lagu gaharnya Ancient Alien. Drop D ! Dory gitaris Endank soekamti keluar dari
pola permainan yang biasa di grupnya, dengan lagu The night Animals.
Aris Bluesman membawa kita pada era
kejayaan 90 an dengan lagu Circle. Harsha Tanjung mantan gitaris band Nuance dulu, yang kini memilih berkarir di balik
layar sebagai manajer Captain jack ,membawakan lagu The Day.
Band Newdays yang kini tengah vakum dan
bermetamorfosa menjadi Everlong, menyumbangkan 2 gitarisnya Awan Herna dengan lagu
Eternity yang banyak menggunakan nylon dan Tomo Widayat tampil dengan lagu
Sentimental Twilight, menyayat tapi mengena di hati.
Tama Wicitra tampil dengan arransemen kekinian,
penuh nuansa digital dengan Salamander. Sementara Julia vokalis LaQuena turut menyumbang
suara dengan lagu Melawan Perih yang ia ciptakan bersama Pongki Barata.
Diar dan Nuza dari grup Zues, meyajikan lagunya
masing-masing. Kegemaran Diar terhadap motor ditumpahkan pada lagu rock Road To
Nowhere. Sementara Nuza menggempur dengan The Kryptonian, diinspirasikan dari kisah
Superman.
Tak bisa berbanyak kata lagi…selamat menikmati!
@MahameruFMLiwa Julia_-_Melawan_Perih.html?
Pongki_Barata_Feat_Aji_Mirza_H.html?
@MahameruFMLiwa Julia_-_Melawan_Perih.html?
Pongki_Barata_Feat_Aji_Mirza_H.html?
0 Response to "GUITARFRIEND – LOVE, STORIES and PASSION "
Posting Komentar