From Aga to the Universe
Nama Claude
Debussy, Erik Satie, John Cage, Collin McPhee, Steve Reich, dan Philip Glass adalah beberapa nama
komposer hebat dari Eropa dan Amerika yang dipengaruhi gamelan. Ya, betul.
karya mereka dipengaruhi musik tradisional Nusantara. Bahkan beberapa komposisi
dan pertunjukannya menggunakan pakem musik gamelan.
Musik
gamelan yang membawa filosofi hidup orang Jawa atau Bali amat berbeda dengan
musik Barat. Musik gamelan tidak mengenal klimaks, semua mengalun tanpa
penonjolan permainan perseorangan. Permainan antar instrumen saling menjalin,
mengiringi, dan menguatkan. Berbeda dengan musik Barat yang membuat klimaks dan
anti-klimaks, dan menonjolkan permainan solo.
Sri “Aga” Hanuraga, pemegang gelar master dari Conservatorium van Amsterdam dengan predikat summa cum
laude pada tahun 2011 ini, tergugah untuk mempelajari musik gamelan yang
telah begitu mempengaruhi banyak komposer hebat kelas dunia, termasuk tokoh
musik minimalis. Apalagi Aga masih
keturunan Surakarta, semakin besar motivasinya untuk mendalami musik gamelan
Jawa.
Sebenarnya, pada tahun 2012, saat ia bergabung dengan
grup The Brag Pack (Paul Rutschka, Daniel Mester, Ronald Becher, dan Sri
Hanuraga) meluncurkan album Just Braggin’ (2012), Aga sudah mengaransemen musik tradisional Jawa,
Ilir-ilir dan Cublak Suweng dalam konsep jazz moderen.
Pada tahun
2013, Aga sempat mengeluarkan album solo pertamanya dengan tajuk namanya
sendiri, Sri Hanuraga. Namun ia semakin sadar ia belum menemukan warna musiknya
sendiri. Aga terus mencari dan mengeksplorasi musik gamelan. Iapun mengambil kelas gamelan di tahun
2012-2013. Aga juga melakukan riset dan mentranskrip komposisi musik gamelan.
Album “To the
Universe”
Bukan hanya Aga yang mendalami musik gamelan
Jawa, untuk keperluan pembuatan album, Kristijan Krajncan (drummer) dan Matti Magatelli(bass) juga mengeksplor
musik gamelan Jawa agar mereka bisa menyesuaikan instrumen yang mereka mainkan
dengan pakem permainan instrumen gamelan. Tentu saja ini merupakan tantangan
tersendiri bagi musisi yang dibesarkan dengan musik Barat. Kristijan Krajncan
misalnya, ia harus mempelajari ketukan kendang Jawa, hingga mencari teknik
memukul drums yang menghasilkan
bunyi mirip kendang.
Diantara 10
komposisi yang ada di album ini ada dua komposisi musik tradisional Jawa, Sowe
Ora Jamu dan Gundul Pacul. Aga punya harapan agar musik tradisional Indonesia
bisa jadi lagu standard musisi jazz
Indonesia. Sedangkan komposisi yang lain terdiri dari lima komposisi karya Aga
(Teka-teki, Ever Changing 1,2,3, Amadeus), dua karya Mattia Magatelli (To the
Universe, Schoenefeld), satu karya Kristijan Krajncan (A Palm for You). Untuk
memperkuat formasi pemain, Aga mengajak Rodrigo Parjo Mateos (flute) bergabung. Mateos
amat tertarik musik gamelan Jawa, hingga memperdalamnya di ISI Surakarta dan
berkesempatan berkolaborasi dengan musisi tradisi di Surakarta.
Lagu Teka-teki dibuat secara spontan, saat
berangkat menuju rekaman. Sedangkan lagu Amadeus, ilhamnya berasal dari
sepenggal lagu Wolfgang Amadeus Mozart yang sekilas terdengar oleh Aga. Karena itu
lagu ini diberi judul Amadeus. Ever Changing adalah judul lagu yang diusulkan
oleh musisi Mian Tiara. Komposisinya kental dengan pengaruh gamelan Jawa, dan
komposisi yang terbagi menjadi tiga bagian ini merupakan buah dari riset Aga
terhadap musik gamelan Jawa. Disajikan tanpa lirik, komposisi Ever Changing
menggambarkan proses evolusi sel kehidupan dari bentuk yang paling sederhana
hingga ke bentuk lebih kompleks. Aga seperti sedang melukis dalam membuat
komposisi dan aransemennya.
Lagu To the
Universe ditulis Mattia Magatelli sebagai persembahannya kepada semesta alam.
Sedangkan lagu Schoenefeld yang merupakan nama salah satu bandara di Jerman,
ditulis diantara kesibukan tur Magatelli. Kristijan Krajncan yang juga penulis film
score, mengomposisi lagu A Palm for You yang ia persembahkan untuk
kekasihnya. Lagu ini juga dibuat untuk sebuah film.
Album yang
di dalam lagunya membaurkan berbagai genre, dari musik gamelan Jawa,
free jazz, swing, modern jazz, Balkan rhythm, hard bop, musik klasik, hingga
rock, diberi judul To the Universe. Album ini menjadi bagian dari misi Aga
mempersembahkan musik yang inspirasinya dari kekayaan semesta alam untuk
menjadi bagian semesta alam dan dinikmati pencinta musik di seluruh semesta
alam. Eksplorasi Aga akan musik gamelan Jawa, dan keterlibatkan Mattia
Magatelli yang berasal dari Itali, Kristijan Krajncan warganegara Slovenia, dan
Rodrigo Parjo Mateos yang warganegara Spanyol, membuat musik gamelan Jawa yang
indah semakin dikenal musisi dunia dan pencinta musik di seluruh dunia.
To the
Universe album is dedicated to the universe that is ever changing
@MahameruFMLiwa
0 Response to ""Sowe Ora Jamu ", From Aga to the Universe "
Posting Komentar