Tentang Kapal Udara
(1) Sebermula
Selain sebagai tempat yang tepat untuk bertukar gagasan, ternyata kampus juga bisa mempertemukan beberapa orang untuk membuat band.
Di akhir tahun 2014, Muhammad Ayat (akrab disapa Ayat) memulai gagasan untuk membuat band bersama teman-teman kuliahnya. Gagasan itu dibarengi dengan makin mencuatnya band indie benuansa folk di Indonesia, sebut saja Float, Dialog Dini Hari, dan Payung Teduh. Ayat yang merupakan gitaris salah satu band Punk Melodic di Makassar, akhirnya tertarik untuk mengasah kemampuan vocalnya dengan menyanyikan lagu-lagu band folk seperti yang disebutkan di atas.
Rencana Ayat untuk membuat band disambut oleh teman jurusannya (Antropologi Unhas), Ale dan Dadang. Ale dan Dadang yang belajar musik dengan otodidak, memainkan lagu sesuai dengan musik yang digemari masing-masing. Ale yang pernah menjadi gitaris metal core akhirnya beralih bermain akustik karena menyukai lagu-lagu Iwan Fals, sedangkan Dadang mengasah kemampuan bermain Bass karena menyukai beat-beat lagu reagge. Berawal dari seringnya jamming di Kampus, akhirnya Ayat, Ale, dan Dadang bersepakat membuat grup band.
Di awal tahun 2015, Uccang, salah seorang kerabat—mahasiswa Antropologi di Universitas Halu Uleo Kendari, datang menyambangi mahasiswa Antropologi di Unhas. Uccang yang kebetulan memiliki kemampuan bermain perkusi, akhirnya terlibat dalam pembentukan Kapal Udara. Bersama Uccang, Kapal Udara tampil untuk pertama kalinya di sebuah acara komunitas. Pada saat itu Kapal Udara sudah memiliki sebuah demo berjudul Melaut, yang merupakan hasil perpaduan musik vocal Ayat yang tebal ala Hotma Roni atau Marcus Mumford, Dadang yang memetik Bass ala ragu Reagge, Ale yang memainkan gitar ala petikan Sape (alat musik tradisional Dayak), dan ketukan Cajon Uccang yang juga ala Reagge.
Penampilan perdana memberi kesan dan semangat tersendiri bagi Kapal Udara. Namun setelah penampilan perdana, Uccang yang berdomisili di Kendari harus kembali dan tidak bisa menjadi personil tetap Kapal Udara. Kepergian Uccang sempat digantikan oleh Memed, (yang kemudian digantikan lagi oleh Bana). Karena urusan pekerjan, Memed dan Bana tidak bisa menjadi pengisi perkusi/beat di Kapal Udara sampai akhirnya Bobby bergabung dan menjadi personil tetap Kapal Udara. Bobby merupakan drummer Rock/Psychedelic di bandnya yang lain. Bergabungnya ia ke Kapal Udara memberi power tersendiri, karena sebelumnya Kapal Udara bermain menggunakan Cajon, namun kali ini diisi dengan instrumen Drum.
(2) Musik sebagai Kendaraan
Kapal Udara adalah kendaraan yang dapat terbang di udara dan berlayar di laut. Dengan menggunakan nama itu, para personil berharap musik Kapal Udara bisa didengarkan di mana saja.
Musik Kapal Udara bisa dikatakan easy listening. Kapal Udara senang dengan beat lagu yang membuat orang mengangguk-ngangguk seperti sedang mendengarkan lagu dangdut. Pemilihan kata dalam liriknya, dibuat sesederhana mungkin sesuai dengan hal-hal yang ditemui di kehidupan sehari-
hari. Di dalam demo Melaut, misalnya, Kapal Udara menggambarkan aktivitas nelayan mencari ikan di laut. Demo tersebut terinspirasi saat Kapal Udara bersama teman-teman lainnya, mendatangi tempat-tempat untuk mengerjakan tugas kuliah, atau sekedar piknik.
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, Kapal Udara tidak bisa dilepaskan dari pertemanan di Kampus. Kapal Udara menganggap teman sebagai media yang ril untuk bertukar dan menyebar gagasan. Melalui teman, Kapal Udara bisa mendapatkan inspirasi dalam bermusik. Melalui teman, Kapal Udara bisa memperpanjang perjalanannya. Hal itulah yang membuat Kapal Udara memiliki semboyan “Musik Mencari Teman”.
(3) Narasi Penghidupan
If one should desire to know whether a kingdom is well governed, if its morals are good or bad, the quality of its music will furnish the answer. Confucius
Apa yang dikatakan Confucius, seorang filsuf dari Cina, menggambarkan bahwa musik bisa merepresentasikan kondisi suatu negara. Kapal Udara sepakat dengan hal itu, dan juga sepakat bahwa musik bisa mencerminkan bagaimana cara pandang penulis lagu dalam melihat kondisi masyarakat. Sejak puluhan tahun yang lalu kita sudah mendengar berbagai musisi indonesia yang menarasikan tentang kemiskinan (seperti Rhoma Irama dan Iwan Fals), tentang mata pencaharian di desa (seperti Franky Sahilatua), dan belakangan bermunculan band indie seperti Silampukau yang mendokumentasikan Surabaya, atau Efek Rumah Kaca, Sisir Tanah, dan Navicula yang sarat akan kritik sosial.
Berbagai musisi/band yang disebutkan di atas memiliki cara pandang tersendiri dalam melihat permasalahan dalam masyarakat. Namun yang terpenting adalah mereka mencoba menggambarkan atau mendokumentasikan hal-hal di masyarakat melalui lagu. Kapal Udara menganggap bahwa menyampaikan kegelisahan sosial seperti yang dilakukan band-band di atas, lebih penting ketimbang menceritakan urusan-urusan perselingkuhan atau kisah seorang bujang yang tak kunjung mendapatkan pasangan.
Oleh karena itu, Kapal Udara mencoba menarasikan tema-tema penghidupan. Penghidupan yang dimaksud, adalah segala yang berhubungan dengan sumber/modal penghidupan (air, tanah, uang), strategi penghidupan (bekerja, beralih pekerjaan), dan hambatan-hambatan penghidupan (bencana, penggusuran, politik, dll).
Kapal Udara dengan sederhana juga ingin menyampaikan dan mendokumentasikan kisah-kisah penghidupan masyarakat. Penghidupan, menurut Kapal Udara adalah tema yang bisa berkaitan dengan banyak hal, baik isu internasional sampai lokal. Tema penghidupan juga bisa menyentuh berbagai sektor pekerjaan masyarakat. Dengan begitu harapan besarnya adalah, karya Kapal Udara bisa membuat pendengar melihat realitas masyarakat melalui lagu-lagu tersebut. Lagu-lagu kapal udara dalam waktu dekat akan dirilis ke dalam mini album “Seru dari Hulu” berisi lima lagu berjudul Menyambut, Melaut, Menanam, Menari, dan Merantau. @MahameruFMLiwa
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Response to " "Menanam" Single Kapal Udara Dari Mini Album “Seru dari Hulu” "
Posting Komentar